Selasa, 23 November 2010
The Reflection or just consequence
Seperti berkaca, membalik balikan hukum alam, berfikir terbalik, agar konsekwen hanya biar konsekwen saja.
Seperti tidak ada satupun yang bisa diandalkan dan bisa di tuntut untuk menjadi apa yang saya mau, maka sayapun tidak akan pernah bisa membuat saya bisa di tuntut orang untuk menjadi apa yang mereka mau...tidak akan, persis seperti mereka...saya hanya berkonsekwensi...agar konsekwen, hanya biar konsekwen saja...
Seperti saat mereka tidak benar benar perduli maka mereka meniadakan yang sebenarnya ada, tidak seperti bila kita benar benar perduli maka dengan susah payah akan berusaha memunculkan keajaiban untuk membuat yang tidak ada menjadi ada, bukan seperti mereka yang kendati telah di beri segala nya untuk perduli, namun mereka tetap tidak perduli, tetap tidak ada konsekwensi, maka mengapa saya harus berkonsekwensi, mengapa saya harus memberi bila tak ada yang bisa saya terima ? well, saya kali ini akan benar benar berkonsekwensi, tak akan memberi bila tak ada yang bisa saya dapati, agar konsekwen, hanya biar konsekwen saja...
Kadang saat saya berkaca, saya tak ingin percaya pada bayangan di dalam cermin sana, yang menatap balik ke arah saya, mengikuti semua gerakan saya, dia yang menjadi saya atau saya yang menjadi dia ? kadang saya berharap bayangan itu berubah menjadi Dian Sastro, atau siapapun yang lebih elok dari bayangan yang menatap saya saat itu,but that's just me, tak pernah berubah masih begitu begitu saja, kalau saja boleh bernegosiasi dengan sang Pencipta, tak perlu lah bayangannya yang berubah jadi Dian Sastro, paling tidak rezekinya lah...tapi sayang saya tidak akan pernah bisa bernegosiasi denganNya...saya cuma bisa berdoa padaNya, memegang teguh keyakinan saya padaNya...berusaha konsekwen, agar konsekwen, hanya biar konsekwen saja...
Saat tak ada yang bisa konsekwen, maka sayapun akan lelah untuk memberi karena tak jua menerima, lantas sudah sampai mana konsekwensi itu sendiri ? ini untuk jadi konsekwen lalu di manfaatkan orang dan di buang ? atau terbuang sebagai pecundang ? si kentir si pandir yang gampang di bodohi bahkan oleh orang goblok ? lalu saya harus tetap konsekwen, anggap saja mereka adalah ujian hidup, biar di bohongi biar di rampok, tetap berusaha konsekwen, agar konsekwen, hanya biar konsekwen saja...
Dan saya lelah juga...terlalu sering lelah sudah...
4.23 PM 24 Nov 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
bagus postingan nya mbak...
BalasHapusmampir ya di blog aku, tp agak berantakan, masi rekonstruksi soalnya....
Hhehehehhe....
leonardocode.blogspot.com