Minggu, 12 Desember 2010
Oh my God, i have to kidnap the runaway groom
The runaway groom, that would be fun, have you ever heard about runaway bride ? and now the story would be different, when somebody want me to kidnap him as he will be act as a runaway groom.
Sebuah tradisi entah apakah pernah mengatasnamakan cinta, saat perjodohan menjadi bisnis keluarga, cinta dibuat seperti sekedar tali pengikat silahturahmi orang tua dan keluarga, menikahi keluarga, menikah karena keluarga, menikah karena menyenangkan keluarga, menikah untuk tetap berada di garis keluarga saja, hingga pada suatu hari para calon mempelai mulai menggemakan lagu "cukup siti nurbaya" dari Dewa 19, saya harus menghela nafas dalam sebelum meneruskan cerita ini, ini tidak akan mudah...
Bila yang di jodohkan adalah seorang perempuan, dan kelemahannya menjadi bukti bakti pada orang tua, itu sudah biasa, itu mengapa ada Siti Nurbaya, tapi kalau ini terjadi pada laki laki...saya harus kembali menghela nafas...ini terjadi pada orang terdekat saya saat ini sebenarnya itu kenapa saya harus menghela nafas lebih sering dari biasanya saat saya menuliskan ini, namun ironisnya bukan kepedihan karena saya merasa jadi tidak sebanding dengan bibit bebet bobot paribannya, namun hal ini justru seakan membawa saya ke ribuan tahun sebelum masehi, God ! ini tahun 2010, saya tahu ini tradisi, menjujung tinggi nilai budaya negeri sendiri, saya bangga ini masih telestari, tapi bila permohonan datang pada saya untuk melarikan pariban orang...wow...fantastik saya akan jadi penculik ! itu yang pertama terlintas di otak saya, yang kedua...romantic...saya akan mendapatkan imbalan sebongkah cinta untuk selamanya...dan ketiga...tragic ! saya mungkin akan berakhir sebagai perempuan penghancur tradisi, come on...mereka ada di garis yang sejalur, dan saya si penculik, totally out from their line, suku, agama, budaya, tradisi, saya dan mereka BEDA ! tapi saya suka beda, beda itu eye catching ! beda itu over acting ! beda itu center of the stage ! but...again...bukankah saya lebih gemar menjadi orang di belakang layar ? itu kenapa saya menulis bukan akting!
Kini saya kembali terkekeh kecil, saya harus jadi penculik...saya harus melarikan pariban orang, saya suka melakukannya, namun apa yang akan terjadi setelah itu ? ini bukan masalah cinta buta, ini masalah realita ! lalu apa yang bisa saya pertanggung jawabkan setelah membawa lari pariban orang ? membuatnya meninggalkan pekerjaannya, membuatnya meninggalkan kota nya, membuatnya terpisah dari keluarganya, membuatnya terlepas dari perjodohannya, apakah dia akan bahagia kemudian dengan segala resiko bersama saya di rantau orang yang bahkan bukan juga kampung saya, saya orang gila yang tidak pakai perhitungan...bagaimana kalau saya dipecat kerja, bagaimana kalau kami berdua nanti ngga sanggup bayar kost ? bagaimana kalau kami berdua malah jadi tukang minta minta ? arrrghhhh saya si organizer, saya bukan si spontanisius, saya si penuh perhitungan, saya si manusia angka, Oh My God ! ini bukan lagi PR ini deathline and i think i suddenly die soon...Geez...
Saya masih jatuh cinta, saya masih merasa hati ini berbunga bunga, tapi melarikan pariban orang ? Oh My God ! kepala saya sekarang act like a roller coaster, putar sana putar sini dan nyasar...hey ! kemana hilangnya kepala saya, jelas saya tidak akan bisa melihatnya tanpa bantuan kaca, mata saya berada di bagian bundar kepala saya...lalu bagaimana caranya mencari kepala saya ? bukan bukan, bukan kepala saya yang hilang, tapi isinya...!!! ini akan jadi lebih buruk ! bukan hanya sakit jiwa, tapi amnesia !
However, tradisi adalah sesuatu yang menarik, eksotik, walau kadang terkesan primitive, tapi seperti halny saya suka batik, tradisi adalah bagian dari identitas negeri tercinta kita, bila saya melakukan hal bodoh dengan melarikan salah satu dari pariban orang, maka kelakuan ini akan menjadi inspirasi beberapa pariban lain yang akan menghapuskan tradisi ini lama kelamaan...
Saat saya harus cinta bumi pertiwi
Dan tradisi membuat saya dalam bimbang
3.26 PM 13 desember 2010
Pariban adalah tradisi perjodohan adat Batak saat suatu marga tertentu memiliki jodoh dari marga lain. Orang yang bisa berjodoh itu namanya pariban (sejenis pacar, lah). Untuk kaum laki-laki, menyebut orang tua (atau yang selevel dengan mereka) dari sang perempuan dengan nama Tulang dan Inang Tulang [baca: Nantulang]. Sedangkan, pihak wanita memanggil ortu (atau yang selevel dengan mereka) dari laki-laki dengan sebutan Amang Boru dan Inang Boru [baca: Namboru]. Sebutan Namboru juga ditujukan kepada saudara perempuan dari Ayah kita dan sebutan Tulang buat saudara laki-laki dari Ibu kita.
Patokan dan aturan adat adalah acuan atau cerminan untuk melaksanakan adat didalam sukacita maupun dukacita yang pelaksanaannya harus didasarkan pada falsafah “ DALIHAN NATOLU “ serta memperhatikan nasihat nenek moyang ( Poda Ni Ompunta)
* Jolo diseat hata asa diseat raut ( di bicarakan sebelum dilaksanakan)
* Sidapot solup do na ro (mengikuti adat suhut setempat)
* Aek Godang tu aek laut, dos ni roha nasaut (Musyawarah mufakat ).
1. Pada acara pesta perkawinan yang mutlak (mortohonan) suhi ni ampang ñaopat :
a. Pihak paranak (pengantin lelaki) yang terima ulos :
1. Ulos Pansamot : Orang tua pengantin
2. Ulos Paramaan : Abang / adik Orangtua Pengantin
3. Ulos Todoan : Abang / adik Ompung Suhut Pengantin
4. Ulos Sihunti Ampang : Saudara (Ito) atau Namboru Pengantin
b. Pihak Parboru (pengantin perempuan) yang terima sinamot :
1. Sijalo Bara / Paramai : Abang / adik pengantin
2. Sijalo Upa Tulang : Tulang pengantin
3. Sijalo Todoan : Abang / adik Ompung Suhut Pengantin atau
Simandokhon Ito pengantin *(sesuai Hasuhuton&Tonggo Raja).
4. Sijalo Upa Pariban : Kakak atau Namboru Pengantin
c. Urutan Pelaksanaan:
1. Ulos Hela diberikan setelah Ulos Pansamot.
2. Sijalo Paramai diberikan setelah sinamot nagok diterima Suhut Parboru.
2. Pada acara Adat Perkawinan yang harus diperhatikan :
a. Tintin marangkup diberikan kepada Tulang Pengantin pria, bila perkawinan dengan
Pariban Kandung (Boru Tulang), tidak ada Tintin Marangkup.
b. Jumlah Tintin Marangkup, sesuai kesepakatan demikian Panandaion bila ada.
c. Ulos yang diturunkan (tambahan) tidak boleh melebihi tanggungan Parboro.
d. Uang Pinggan Panungpunan, disesuaikan dengan besarnya Sinamot.
e. Undangan pada acara adat Boru Sihombing atau Bere Sihombing, suhu – suhu Ompu yang menerima Sinamot / Tintin Marangkup / Upa Tulang , wajib memberikan ulos Herbang, selain yang memberi ulos Herbang, boleh memberi uang (pembeli ulos).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar