Jumat, 06 November 2009

Andai saja waktu part 1


Pagi ini terkulai aku dipangkuan mentari, sinarannya menyilaukan pandangan mengintip di balik tirai kamar yang masih tertutup ratap, samar samar kicau burung seakan ikut menyertai kehangatannya mengganggu tidurku yang baru saja lelap 3 jam, dini hari tadi aku baru menghabiskan shubuh dengan suara indah itu, suara yang tak pernah tersentuh, suara yang begitu menyahut lirih setiap kali air mata ini menitik entah untuk meratapi diriku sendiri atau mengemisi waktu yang ku andai andai slalu berpihak padaku, suara itu berada disuatu tempat disana, menunggu ku menghampirinya, namun sungguh dunia telah mencurangiku, target yang tlah ku tentukan untuk menghampirinya hangus sesaat di depan mata, aku jatuh…sesuatu tlah menciptakan takdir untukku agar tak pernah dapat menghampiri suara itu, akh…seandainya saja waktu mau berbaik hati…seandainya saja takdir bisa diajak bernegosiasi…astaga ! bila berbicara tentang seandainya saja tentunya ribuan list harapan yang terendap tak pernah terlupa itu akan serta merta meronta ingin disebutkan seakan mengantri bak antrean bank swasta satu satunya yang buka hari sabtu di dalam mal di Kartika Plaza itu…fuih…betapa aku telah dibodohi…dunia bahkan dengan angkuhnya mentertawakan betapa dungunya aku…atau pandir ! atau apalah…adakah yang lebih buruk dari itu ? ada ! itulah aku ! lebih bodoh dari pandir yang dungu…yah ampun…kutukan macam apa ini ? bahkan mendiang kedua orang tua ku tak kan rela melihat asuhannya macam begini jadinya…menyedihkan ! Aku masih termangu di persimpangan keinginan, harapan dan waktu…Tuhan, waktu lagi biang keroknya, hey waktu ! berdamailah denganku sekali kali…kapan kau bisa tenang barang sesaat untuk tidak mengangguku ? mengajak ku bermain main dan kejar kejaran bak permainan ku bersama teman SD dulu bernama “cing udag” yang pada babak terakhir pastilah aku yang kalah dan terisak tersedu karena telah dijadikan bulan bulanan semua teman yang berhasil lari lebih cepat, tahu benar kau kelemahanku…aku tak mahir mengejar dan dikejar, bahkan anjing di Nusa Dua itu saja berhasil mengkoyak pantatku karena aku tak mahir berlari saat dia kehilangan mood dan berlari penuh rasa benci sambil menyalak dan mempertontonkan gigi gigi runcingnya…aih…mantap betul koyakannya di pantatku waktu itu, biru lebam campur memar merah merona bak di poles blash on melingkari seperempat pantatku sehingga mengundang tawa semua perawat yang melihatnya di ruang UGD RSU Sanglah waktu itu yang tengah waspada rabies dan serta merta mereka berlomba bertanya bak reporter dadakan padaku “ kok bisa pantatnya yang digigit mbak ?” ugh…rasanya saat itu aku ingin menjawab “ kau tanyakan saja pada anjing itu sendiri sana, kenapa dia harus mengkoyak pantatku yang mulus aduhai bak pantat Dewi Persik ini ?” dan begitulah waktu, yah bak anjing kurang waras itu yang terus mengejarku tanpa memberi kesempatan aku berfikir, hanya tamak ku yang mampu mengalahkannya sesaat, tapi kekejamannya akan di pertontonkan saat aku selesai dengan tamakku dan mencari cinta…sebuah kata sacral yang konon tak boleh di bunyikan sembarang, bah ! macam terompet akhir waktu saja yang hanya boleh dibunyikan di akhirat…sementara di luar sana orang orang, perempuan laki laki, bahkan laki laki dan laki laki sampai perempuan dan perempuan bisa seenaknya mendapatkan jatah si sacral itu yang dibagikan terbatas, bahkan seakan tak ada jatah untukku…aih…macam terdiskriminasi lah aku ini…padahal yang ku kejar bukan vocalist cool yang kerap melantunkan lagu lagu bak fairy tales, dia hanya orang biasa yang sering bilang dia lagi hopeless, dan jobless…so…untuk yang macam begitu saja aku harus di kejar kejar waktu yang mulai menyusun strategy sedemikian rupa agar aku terlindas dibuatnya…kalau benar begitu, hey takdir ! aku mau naik banding dengan kau ! Namun setidaknya ada harapan, ada secercah harapan yang mungkin sanggup merayu si angkuh waktu yang jail bukan main dan liciknya kerap kali menjadikanku bak pecundang, yah mungkin saja harapan itu bisa menjadi negosiator yang mau melacur agar sang waktu bisa berselingkuh sesaat dan mengabulkan pintaku untuk satu keinginan saja, satu keinginan yang tak boleh disebut sembarang, satu keinginan untuk merasakan perubahan dunia menjadi wonderland, satu keinginan agar bisa menikmati masa bodohnya dunia dan kejamnya yang terus menggilasku tanpa belas kasihan, aku hanya ingin “CINTA”

Satu bait sapaan pagi ku kirim penuh harap ke nomer yang menjadi boomerang untukku dalam tamakku kemarin, namun sedetik dua detik sampai beberapa menit nyaris setengah jam tak pula ada barteran bait masuk ke telepon genggam murahan itu, aih bodoh ! aku lupa ! dia habis pulsa…tapi semoga saja ia tersenyum saat membacanya…dia tahu dia telah menjadi inspirasiku…awas ! bedakan dia dengan yang sebelumnya…dia bukan bahan tulisan, tapi dia inspirasi, itu jelas lebih terhormat…letaknya dalam duniaku memang telah begitu istimewa belakangan ini…entah apa yang kini di benaknya…hendakkah ia memikirkanku ? adakah dia berharap juga padaku ? adakah suara hatinya selirih suara merdunya yang kerap mencanduku setiap saat ? sungguh ku ingin dia menyadari… Aku masih termenung memandangi betapa sepasang sayap kupu kupu itu bisa begitu kompak mengepak membawa ulat yang bermetamorfosa itu hilir mudik kesana kemari, ambil sari bunga satu ke yang lainnya, apa ini semacam Flirting ? trend baru mengukur kekuatan pasangan yang tengah jenuh dengan pasangannya sehingga ia bisa mencumbu beberapa orang di luar pasangannya yang tak lebih dari tiga kali berturut turut untuk kemudian ia kembali dengan keyakinan yang jadi semakin mantap terhadap pasangannya, aih…macam mana itu ? bukankah sepasang sayap kupu kupu itu telah disatukan oleh makhluk kenyal mantan ulat yang berada di tengahnya ? walaupun mantan ulat itu kerap kali mengisap sari bunga satu dan seterusnya, namun pasangan sayap itu tak pernah protes atau menasehati si mantan ulat itu untuk setia menghisap sari dari satu bunga saja…malah mereka setia mengantar kesana kemari si mantan ulat menghisap banyak sari bunga yang dipilihnya secara acak ? apakah itu arti kesetiaan ? atau sebuah komitmen ? meski ia tahu yang ditemaninya hinggap sana hinggap sini namun tetap seiring berjalan bahkan mempertontonkan keindahan pada dunia terbang sambil menari dengan anggunnya membias warna warni yang tlah tercipta di kedua kepak sayapnya…akh…mekanisme otak ku bukan bekerja untuk menganalisanya…atau mungkin tak cukup cakupan memory di kepalaku sehingga memandangi corak yang mengayun membias di kedua kepak kupu kupu itu saja rasanya mataku jadi berputar bak obat nyamuk bakar… Teralihkan kini mataku pada sepasang anak ayam berwarna putih dan hitam, yah yang satu hitam dan yang satu putih, sudah hampir empat bulan ini aku selalu kebetulan liat mereka bermain di pekarangan depan itu, sampai aku bisa melihat perkembangannya dari mereka masih sangat kecil dan akhirnya mulai dewasa dalam beberapa waktu saja tak perlu lama melihat mereka tumbuh…dan anehnya hey…sekarang mereka kawin ! astaga bukankah mereka saudara ? akh…sakit jiwa…kenapa aku jadi berminat memperhatikan prilaku hewan ? apa tak cukup manusia untuk bisa kupelajari prilaku nya ? atau jangan jangan…manusia manusia yang kulihat dan kutemui prilakunya serupa dengan yang tengah ku perhatikan sekarang ? alamak…scenario dunia apa lagi ini ? hendak membuatku sakit jiwakah sekarang ? makin mantap saja dunia buat strategy untuk memerintah waktu menggilasku…aku lelah ! Kembali aku terkulai kali ini dipangkuan rembulan, bintang berkedip malu malu di balik awan, dan terkadang suara jangkrik terlalu berisik saat mereka memekik bak tercekik memekakan gendang telingaku yang mulai lupa ku bersihkan beberapa hari ini, ada perselisihan dalam hati dan kepalaku saat ini hingga aku lupa mandi dua hari apalagi membersihkan telinga, aih…kacaulah sudah hidupku dua minggu ini, hanya senandungan berbagai lagu yang tetap setia menemaniku yang kadang muak kudengar saat iklan memperdengarkan orang ngoceh dengan berbagai logat dan suara melengking bak orang sinting, fuih…aku pusing ! Perselisihan itu yah…mereka bergaduh dalam hati dan kepalaku…antara realita dan cinta, si suara itu yang lama lama pudar indahnya dan mulai menjemukan sempat berkata “ pahamkah kau bahwa harusnya realita yang mendukung cinta” bila memang begitu adanya kenapa bukan kau yang memanuver realitamu untuk cinta kita, kenapa seakan kau menuntut aku yang harus mengemudikan realitaku menuju cintamu, hey ! aku ini perempuan konservatif, bahkan untuk menghampirimu saja ke kekotamu bukan cuma urusan dana yang menjadi pertimbanganku, seperti mimpimu yang pernah kau ceritakan padaku beberapa waktu lalu tentang aku yang mampir ke komplek rumahmu tapi hanya berdiam cemberut saja aku di pos security bahkan tak ingin mendekati rumahmu, karena yah memang begitulah aku yang sebenarnya, orang tua ku dulu punya filosofi “mana ada gentong nyamperin gayung” dan filosofi itu masih kupegang sampai kini, maaf bila kau tetap congkak dengan alasan ketidak mampuanmu tanpa usaha mewujudkan cinta yang kau bilang sacral, sekali lagi maaf bila aku tak kan mampu memenuhi inginmu, terserah kali ini bila kau bilang aku tidak berperasaan, tidak punya hati atau terlalu cinta pada diriku sendiri, aku bukan type perempuan yang harus mengiba iba cinta dan mengorbankan segalanya, sudah cukup waktu dan karirku amblas demi kamu, harusnya kau lah yang dari kemarin berkorban buat aku, sebenarnya siapa yang pandir sekarang ? Bila begini aku ngga punya cinta jadinya, dicntai orang bukan hal yang menyenangkan juga, yang ada aku yang harus terus menyenangkan dia hanya lantaran aku harus berterima kasih untuk ketulusannya, yah…lelaki yang slalu disampingku ini tak bisa ku tuntut terlalu banyak…kadang aku jemu harus meladeni semua hal hal membosankan yang dia senangi hanya karena dia merasa telah memberikan segalanya…sementara target flirting ku yang lain…akh..dua dua nya hanya bisa mendua…kini aku termangu membisu…befikir sampai dungu…entah apa lagi yang berkutat di otakku ? kupandangi satu satu semua harta bendaku…harusnya sudah cukup semuanya…apa lagi ? memiliki seorang pendamping yang mampu membuatku terus mencinta sampai akhir hayat ? terus berkreasi mengembalikan chemistry cinta itu saat cinta mulai menjauh, cinta itu konon mudah memudar persekian second apalagi bila kita tlah berada di lingkar suci sebuah pernikahan, cinta benar benar liar disana, cinta slalu berusaha berlari dan sembunyi, cinta mudah berkarat dan menipis, lebur dan memudar apalah namanya itu, bila kreatifitas kurang bisa mengembalikan harmoni untuk menarik kembali cinta, hancurlah sudah…pengabdian, komitmen dan anak hanya akan jadi alasan selanjutnya…aku jadi makin ngeri…semua realita bak menjadi film horror yang bahkan tak sanggup ku intip dibalik jari jemari ku sendiri, namun realita di luar sana juga kadang menjadi film komedi yang jenaka seperti saat mantan pacarku yang imsonia mengganggu tidurku dini hari, hanya untuk curhat ! ngobrol ngalor ngidul dan kerap kali beberapa kebodohannya menciptakan jenaka, manusia ajaib yang anehnya pernah membuatku begitu bahagia dan bersyukur pernah memilikinya memang seakan tahu kapan aku merindunya, padahal sore sebelumnya baru saja aku bilang aku kangen dia, kemana dia tumben ngga menggangguku lagi seperti beberapa waktu kemarin, saat dia membuat telepon genggamku memekik jam 3 pagi hanya untuk membangunkan ku untuk sholat tahajud katanya, atau di lain hari lagi dia membangunanku untuk sholat shubuh…dan yah setelah beberapa hari sempat menghilang ketika satu sore aku bilang aku kangen dia, dini harinya dia sudah kembali mengangguku dengan curhatannya dan joke joke bodohnya, macam lelaki penghibur saja manusia satu itu, hidupnya masih ngga normative, dan herannya dia berusaha mencari tahu kenapa bisa begitu…akh…dasar manusia aneh ! tapi itulah yang kadang membuatku merasa beruntung memiliki hidup yang dynamis, berayun kesana kemari loncat sana loncat sini, escape ? no, it was just for fun, dan lihat betapa aku memiliki banyak karakter manusia disekitarku yang mempunyai fungsinya masing masing, namun hati kecilku tetap menginginkan satu kata sacral yang tak boleh dibunyikan sembarang itu, aku ingin CINTA Dan andai saja waktu…yah andai saja waktu berpihak padaku…aku ingin kebaikannya memberiku kesempatan untuk mencintai orang yang layak dicintai dan membuatnya mencintaiku seperti aku mencintainya dan berlomba lomba dengan kreatifitas kami satu sama lain untuk membuat cinta itu tetap disini dan untuk abadi…bukan lagi sembunyi, atau berlari, dan membuat nyeri di hati…akh…cinta…apa lagi yang harus kulakukan demi cinta…aku terlalu manja mengeluarkan segala upayaku sendiri bila tak ada usaha dari yang kucinta…lagipula kadang bentuk fisik serta merta jadi obyek bahasanku saat aku mulai jemu memujanya…masih bagus orang muja babi ngepet biar jelek bisa bikin kaya, tapi memuja cinta…nelangsa rasanya…katakan saja bila aku keliru…dan buktikan padaku bagaimana caranya agar aku tak jadi keliru…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar