Seekor anjing jantan setelah melakukan kegiatan berkelaminnya dengan anjing betina akan menghabiskan waktunya seharian dengan mengikuti kemanapun betinanya pergi, bahkan menjaga sang betina bila ada sesuatu yang mengancam betinanya dan tidak tertarik untuk melakukan kegiatan lain seperti yang biasa dia lakukan bersama kawanannya sewaktu ia belum menemukan lawan berkelaminnya, bahkan dengan gagahnya sang jantan akan bak seorang pahlawan yang setia melindungi dan melakukan instruksi pemerintah serupa slogan KB - Siap Antar Jaga, but that was a DOG, seekor ANJIENX. Jadi bila seekor anjing saja bisa melakukan hal gentle macam begitu lantas apa jadinya bila seorang gentleman – yang notabene MANUSIA - yang sehabis berkelamin ( bahkan diantaranya ada yang meng atas namakan CINTA ) langsung mampret sejauh jauhnya apalagi bila mendengar kata MENIKAH, jangankan berharap tanggung jawab, untuk melihat batang hidung nya lagi saja harus melalui seleksi uji kelayakan atau syarat dan ketentuan yang ngga tamat tamat, lalu kalau sudah begitu apakah laki laki itu masih bisa disebut seorang atau seekor laki laki ? Dalam lain hal konsekwensi seorang laki laki kadang juga menjadi hot issue yang seringkali dipertanyakan, kemana perginya konsekwensi atau paling tidaknya konsistensi, seperti pada saat seorang laki laki berharap di anggap hebat dia akan membanggakan berapa jumlah teman di facebooknya dan berapa persentase perempuan yang add facebooknya yang mau ngga mau dia ingin orang lain bergumam tentangnya : “what a fuckin attracted man ever alive “ namun disaat lain saat ia merasa ketenarannya menjadi boomerang saat seorang perempuan melihatnya bukan menjadi sebuah kebanggaan dan bahkan kebodohan hanya karena laki laki tersebut tak bisa bersosialisasi dengan baik maka dalam keadaan terpojok itu ia akan mengeluarkan statement “ well hey ! aku kan seorang yang individualis “ what a shame, seorang individualis mana yang memiliki ribuan teman di facebooknya yang sebagian diantaranya ia bahkan tak mengenalnya sama sekali, dan individualis macam apa yang menghabiskan waktunya di tanggal merah dengan kongkow bersama satu mobil penuh teman teman lelakinya sambil menggunakan seragam SMA di usia pertengahan 20an ? Terkadang slogan “there’s always be a kid inside a man” meyakinkan para perempuan untuk berfikir 2 kali saat hendak mengandalkan para laki laki ini untuk bertanggung jawab, seorang bocah akan menangis saat melakukan kesalahan, atau lebih extreemnya dia akan memilih secara acak apapun yang bisa dia salahkan, dari teman bermainnya, pembantu atau baby sitternya sampai binatang peliharaan dan bahkan mainannya, itulah mengapa saya pribadi selalu terenyuh mendengar anak kecil mengucapkan kata maaf, karena itu akan menjadi moment ajaib yang pernah ada. Namun jika mendengar seorang laki laki dewasa meminta maaf well come on, I’m not that fuckin stupid to see it honest, karena perminta maafan itu hanya sebuah titik untuk mengakhiri kalimat kalimat panjang protes perempuannya saat ke tololan mereka para lelaki di bubuhi ke egoisan hanya agar para lelaki itu tidak perlu repot memperbaiki kesalahannya, dan menyedihkannya lagi para perempuan selalu bersedia menerimanya dan membereskan semua akibat ketololan ketololan yang di perbuat para laki laki dengan semena mena, seharusnya kalau mereka menyadari bahwa mereka bertindak seperti anak anak, lalu mengapa mereka tidak konsisten ? jadilah anak anak yang baik, menurutlah ! atau mereka lebih setuju dengan slogan “ boys are expensive toys “ jadi harus bayar mahal untuk bisa mengoperasikannya ? atau mempermainkannya ? which one guys…make an option please… Namun saat keegoisan itu di akui mereka lakukan karena mereka menyayangi para perempuannya, lalu mengapa sayang itu begitu menyakitkan ? bukankah sayang, cinta dan sebangsanya itu terkenal indah dan menyenangkan, membahagiakan dan melipur lara yang tengah melanda ? lalu apa jadinya bila disaat realita tak membawa duka justru malah si pecinta nya yang membawa malapetaka, membuat depresi akut berkepanjangan, mengundang fatamorgana serupa malaikat pencabut nyawa, dan yah bukan jarang juga kekecewaan atas para pecinta mengakibatkan manusia mengakhiri hidupnya, now tell me : why does love hurts so bad ? is it something like “kill or to be killed ?” atau ini hanya sebuah kontradiksi dari persepsi laki laki mengakui sebuah egosentrisme sebagai pertahanan diri ?
Gallery, Seminyak Sept 24, 2009 – still bored –
Thanks Aris, appreciated you.
No respon about the fixed methode of my payrolls – what the fuck !
Gallery, Seminyak Sept 24, 2009 – still bored –
Thanks Aris, appreciated you.
No respon about the fixed methode of my payrolls – what the fuck !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar