Jumat, 06 November 2009

Laki Laki dan Diskriminasi



Saat laki laki meniduri beberapa perempuan tanpa perlu men"status"i, mereka akan dengan hebatnya mendapat predikat " the man of the year " but see when women do the same thing, she would be called "BITCH" tell me know : is it discriminated ? seems like, wasn't ? fuih...satu hal yang mereka luput sebelum menetapkan "predikat" itu adalah " kedua "manusia" itu melakukan hal yang sama, dan mereka sama sama "MANUSIA" di luar konteks perbedaan penis dan vagina yang mereka miliki, belum lagi kasus klasik tuntutan laki laki yang menghabiskan masa muda nya bersama perempuan perempuan trendy ber rok mini dan berpoles make up serupa pelangi namun saat ia telah mendapat mapan dan siap menjadi autophobia permanent dengan peresmian yang kadang rela mencapai angka lebih dari 6 digit let say to make it easier "GET MARRIED" maka si lelaki oportunitis itu akan dengan lantang mengumumkan dan bahkan mencari type ideal berbunyi " memilih perempuan berjilbab, pintar memasak, dan rela di polygami " what a suck wonderful "perfect" real life, namun saat perempuan mapan bicara serupa macam begini " dicari laki laki mapan, punya dana pensiun, dan siap di polyandri " maka pandangan publicpun akan beragam dari yang mencibir, aneh, senyum senyum, sampai yang mendadak kesurupan siluman sun go kong alias garuk garuk macam kena kupret efects setelah mabok salah satu jenis zat adiktif ngga legal, masalah diskriminasi ini bukan melulu tentang vagina dan penis yang jadi boomerang buat para laki laki yang phobia kebejatannya di ikuti kaum hawa dan menjadikan kodrat sebagai alasan "perempuan itu tugasnya di rumah, ngurus anak, melayani suami, karena itu sudah kodratnya " dan kalimat tolol itupun serta merta mengundang kamus besar bahasa Indonesia untuk dibakar dan memaksa mulut mulut yang mengeluarkan statement itu untuk meminum abunya demi untuk memberi pengertian sebenarnya bahwa kodrat itu bukan ngurus anak dan melayani suami melainkan, memiliki vagina, melahirkan dan menyusui. Menyedihkan bukan ?

namun yah masalah diskriminasi ini juga macam racism yang kerap kali menganggap bahwa tidak satu ras maka tidak satu hak, lalu bagaimana dengan kewajiban ? mengapa orang lebih gemar menuntut dan meneriaki hak nya sebelum melihat sejauh apa mereka telah menjalani kewajibannya ? seperti para mulut besar yang mengkodratkan " tugas di rumah mengurus anak dan melayani suami " itu tanpa berfikir bagaimana bila suatu saat mereka terkena PHK, atau usahanya bangkrut atau apapun kehendak Tuhan yang membuat mereka di posisi tidak bisa menjalani kewajibannya dalam hal mencari nafkah sementara dengan tuntutan mereka menuntut perempuannya untuk bertugas di rumah saja telah membuat sosialisasi nya terbatas dan nyaris jadi antisosial padahal kesempatan bersosialisasi di luar rumah bisa saja menjadikan peluang lahan pekerjaan baru dari informasi teman teman sang perempuan di luar, atau bahkan peluang usaha, dan ngga ada yang ngga mungkin, rezeki itu bukan cuma di tempatkan di lingkar setan laki laki saja bukan ? apa susahnya ayah membuat kopinya sendiri saat setiap pagi sang bunda sibuk dengan kaus kaki, menyuapi sarapan, menyiapkan buku pelajaran para buah cintanya, mengapa harus meminta sang bunda yang mengorganize agar semua pekerjaan yang disebut sebut sebagai " kewajiban" itu tuntas semua sementara bukankah pekerjaan bunda yang bertitel housewife itu pekerjaan 24/7,7x4,dan 30x12 a.k.a seumur hidup tanpa jeda ? sementara tanpa berprikemanusiaan para ayah menjadikan rutinitas 8jam seharinya mencari nafkah alasan untuk tidur seharian saat weekly dayoff, God forshaken i'm doing my job 12 jam sehari dan menurut saya itu hanya masalah manusia mengulang pelajaran sekolahnya dan siap di puji atau di maki that was FUCKIN SIMPLE dibandingkan menjadi guru private, juru masak, psikiater, sekaligus bintang porno diluar jadwal menstruasi untuk sang suami dan kegiatan mengelus dada lainnya, untung saja kedua payudara itu tak lantas turun ke dengkul karena kegiatan yang kerap kali membuat mengelus dada itu dilakukan tanpa jeda, itu alasan salah satu agama berfilosofi "SURGA ADA DI TELAPAK KAKI IBU" man, whats on your stupid mind ? selalu ada perdebatan sehubungan masalah ini, entah karena para laki laki itu tidak rela bila kegiatan "investigasi di balik rok mini" di ikuti para perempuannya yang lantas berganti menjadi "investigasi di balik boxer" atau karena trend polygami yang menjadi penghalalan "sunah nabi" dalam konotasi : SUsah NAHan NApsu BIrahi itu sukar dihindari, atau memang lagi lagi masalah gender ini adalah masalah gengsi bila ternyata perempuan bisa melakukan hal yang lebih baik dari lelaki ? be gentle, gentleman ! apa salahnya mengakui kekalahan ? sedikit bersikap sportif rasanya tidak akan mengurangi ukuran penismu, IRONIC !Salah salah masalah yang berusaha di ungkap ini menjadi boomerang untuk perempuan perempuan yang mengangkat ke permukaan dengan julukan feminisme yang biasanya disangkut pautkan dengan kebiasaan sex minoritas penyuka sesama jenis alias lesbian, oh come on memang syarat memperjuangkan hak perempuan harus jadi lesbi dulu ? BITCH - Babe In Total Control Of Herself ( or sometime para lelaki akan paranoia bila Herself menjadi Her husband ) bukanlah sebuah dosa kan ? bukannya malah meringankan beban para laki laki yang merasa kegiatan membosankan mengulang pelajaran sekolah dengan buah di puji atau dimaki 8jam sehari itu adalah kegiatan paling melelahkan di dunia ? paling tidaknya para BITCH tidak terlalu cengeng dan membosankan dengan membutuhkan bantuan para lelaki persekian detik sekali yang akan membuat para lelaki itu jadi sok jual mahal karena merasa dibutuhkan, lalu syarat dan ketentuanpun jadi ngga tamat tamat, fuih...itu akan menjadi malam terpanjang mimpi buruk para perempuan, seandainya laki laki bisa lebih bijak melihat protes diskriminasi ini semata mata bukan untuk menukar hak dan kewajiban perempuan dan laki laki, mungkin segala sesuatunya akan lebih baik bila berjalan dengan cooperative yang baik juga, bukan masalah tradisi dan kebiasaan, tapi lebih ke prikemanusiaan, toh penis dan vagina juga sama sama milik manusia...bila mereka bekerjasama dengan baik lihatlah buahnya ? manusia manusia baru penerus generasi kan ? bukankan itu sebuah hadiah yang indah ?Well, gerimispun kedengarannya setuju dengan pernyataan itu, rumput basahpun mengamini bahwa cooperation tidak pernah memisahkan penis dan vagina, masalah gender tidak seharusnya menciptakan diskriminasi yang terlanjur jadi tradisi, gender hanya perbedaan bentuk alat kelamin dan fungsinya...bukan begitu bukan ?

Early morning, Sunset Condotel Public's area - Bali, what a pretty cold rain...Thanks for the inspiration in front of me, that was awesome, sisa 5x lagi !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar