Pretending…we should not walk if we pretending, or we just walk in contradicition ? There’s no explanation dude ! no explanation. Elsa menghapus sebuah wajah antagonis yang tengah terlintas itu dari benaknya, begitu perih hatinya merasakan kepahitan yang telah terbentuk karena sosok itu, bila ini adalah sebuah akhir, mengapa terasa begitu sulit menghapus bayang sosok lelaki itu dari benaknya, toh kenyataannya semua keraguannya terlalu lama membuat segalanya tak menentu, lantas mengapa setelah ia pergi sejauh ini, tak jua ia temukan sisi dimana ia bisa leluasa melupakannya ? mengapa indahnya kesederhanaan yang tak pernah kenal basa-basi itu tak kunjung bisa ia lupakan. Kupu-kupu itu tetap indah buat aku ‘ndro, perjalanan itu tetap berkesan, ngga bakal bisa aku rasain lagi perasaan sebahagia waktu itu, Cuma sama kamu aja aku bisa ngerasain apa yg aku rasain saat itu ndro, walaupun suatu hari aku dikasih kesempatan buat mengunjungi tempat yg sama itu tapi ngga bakal seindah kemaren waktu aku jalan sama kamu ndro…, bandrek cappuccino itu, perjalanan ratusan kilo seharian sambil didera hujan deras, tebing terindah dengan puluhan air terjun yang gak sempat ternikmati indahnya karena kita ketinggalan sunset, segala kebodohan itu, saat-saat sulit aku yang kamu bawa pergi untuk sekedar dilupakan sehari, semua itu ngga bakal terulang ndro…itu yang ngga bakal bisa aku lupa, dan emang ngga boleh, itu sepenggal kenangan, seandainya kisah ini tak boleh terjadi, kekhilafan takdir ini sempat menggores indah sebait kisah yang terlanjur terlewat dan ngga bisa dikejar lagi… Hela nafas Elsapun terhempas panjang dan berat, ugh..lagi-lagi seperti ini pada akhirnya, ngga ada yang salah sih, jarak dan waktu ngga pernah kompak sama harapan Elsa, atau Elsa sengaja ? menjadikan jarak dan waktu alasan untuk kebosanannya, lantas apa yang bisa membuat Elsa berharap penuh untuk setianya ?
Andromeda terkadang menjadi sosok yang sangat antagonis bagi Elsa, namun ada beberapa waktu kehadiran Andro di setiap sms atau telponnya serasa tepat saat Elsa tengah sekedar membutuhkan seseorang untuk membunuh sepinya, bahkan kadang lelaki itu yang menghubunginya sekedar bertanya apa kabar say ? atau sekarang kerja dimana say ? yah Andro seakan hafal benar tabiat Elsa yang mudah bosan bahkan untuk masalah pekerjaan, seakan melamar pekerjaan bagi Elsa telah menjadi sebuah hobi, gonta ganti pekerjaan sesukanya, seakan ia tak perduli dengan berapa nominal upah yang ditawarkan, ia hanya tak pernah bertahan di tempat dimana ia merasa terinjak, apalagi bila si mata biru berambut pirang itu acap kali merendahkan mentalitas penghuni negeri tempat mereka yg notabene para pendatang yang diundang oleh slogan tahunan itu mencari atau mencuri makan, ups ! is it hurt ? aroganisme mereka terhadap peraturan negeri membuat Elsa seringkali menunjukan temperament nya sekedar untuk menyadarkan mereka dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung. Beberapa masalah pekerjaan dan realita hidup sering kali membosankan dan bahkan memuakkan Elsa sangat, dan kisah cintanya lah yg biasanya bisa memberi ruang untuk Elsa bisa merasakan indahnya dunia, walau diakuinya dia tidak pernah berhasil dengan cerita indah itu sekalipun, namun berbuah harapan yang tetap selalu ada, harapan menemukan cinta sejatinya suatu saat yang bukan hanya ia cintai atau mencintainya saja tapi berbalasan satu sama lain, a.k.a saling mencintai yang akan selalu bernaung di sudut hatinya yang berharap, yeakh…klise memang pernyataan itu namun itulah harapan, atau lebih tepatnya khayalan, whatever…only God can explain. Yang pasti saat ini Elsa tengah merasakan kehampaan yang mulai dalam, kekosongan yang bukan sekedar perasaan, she’s looking for an endless love…at least she’s on the way to there…dan Andromeda bukanlah satu satunya tokoh dalam hal ini, ia hanya bagian dalam sepenggal kisah dalam liburan mid semester petualangan hidup Elsa, lelaki itu hanya bintang tamu dalam rangkaian episode episode cerita hidup Elsa, dan maka bila tiba saatnya sebuah akhir maka bagi Elsa itu hanya permulaan dari cerita baru…bila sesuatu mulai hilang maka saat itu pulalah sesuatu yang baru akan di pijaknya…dan seperti itulah hidup Elsa, entah sampai kapan…pertanyaan itu sering kali menghampirinya…sampai kapan ? sebelum kesabarannya hilang ? sebelum muaknya masuki tahap fatal ? sebelum ingatannya menghilang ? Elsa hanyalah seorang gadis biasa yang meluar biasakan caranya bertahan hidup…bukan seorang yang tengah over acting pada dunia, ia tidak tengah mengejar ambisi seperti gadis gadis seusianya di luar sana…Elsa hanyalah Elsa, baginya…ia hanyalah seorang yang jauh dari sempurna dan tidak memiliki sesuatu yang istimewa, ia hanya nyaman menjadi biasa.
Dan itulah Elsa yang dianggap Andromeda terlalu berpendirian, bahkan Andromeda memanggilnya dengan lebih akrab “ si keras kepala “ tanpa menyadari betapa dirinya sendiri adalah seorang kepala batu dengan keputusannya menentang ayahnya untuk tidak meneruskan kuliah dan malah memilih bekerja dari nol, menjadi seorang housekeeping di sebuah hotel bintang lima, yah hotel bintang lima tempat dimana ia dipertemukan dengan Elsa, dengan rentangan posisi yang bagai langit dan bumi, namun saat itu Elsa bukanlah langit yang slalu congkak berteman dengan awan, Elsa adalah hamparan langit yang menghangatkan air laut untuk kemudian menguap dan membasahi bumi dengan hujannya untuk menyuburkan tanaman di bumi, Elsa adalah langit yang slalu bersentuhan dengan bumi, Elsa bukan langit yang congkak, ia hanya langit yang mandiri menurut Andromeda, tempat dimana seharusnya Andromeda bersanding, bersama langit, yah…seharusnya Andromeda ada di langit, itulah yang membuatnya nekad menggapainya, berusaha menjadi bulan dan bintang yang senantiasa menerangi gelapnya langit bila malam, dan menjadi matahari yang mendampingi langit kala siang, Andromeda selalu berusaha ada untuk Elsa, setidaknya disaat Elsa membutuhkannya, bukan disaat Elsa menginginkannya… Setahun berlalu setelah perpisahan itu, Andromeda berlari seakan menari atau melompat dan tersandung, lalu jatuh, perih, meringis, marah dan kadang memalsukan kebahagiaan nya, bertingkah murahan, egois, bosan dan kembali menatap langit, menekan tuts tuts keypad handphone yang LCD nya mulai bisa menampilkan menu seperti seharusnya lagi setelah sebelumnya hanya menampilkan satu garis siluet rusak yang bahkan tak bisa diintip apa maunya, dan dulu saat LCDnya begitu, biasanya Elsa tidak akan membalas sms lebih dari satu garis dan rela mengirim berkali kali sms hanya untuk satu bait yang di pecah menjadi segaris segaris kalimat agar LCD rusak itu tetap menyampaikan apa yang di utarakannya pada Andromeda, dan yah…Andromeda merindukan bait bait itu, namun kali ini Andromeda tak kan meminta Elsa mengeluarkan pulsanya sepeserpun “ hallo…Els…lagi ngapain lu ?” “ hey…tumben…ada berita apa ? mau ceritain new comers di hotel lagi ? perempuan mana lagi yang kali ini berhasil lu ajak jalan ?” I wish itu kamu lagi Els sahut Andromeda membathin “ hahaha…Els…gua ngga segitunya juga kali…elu tuh yah…gua tuh anak baik Els, lu tau sendiri kan…” “ hehehe…tau lah gue, apa sih yang gua ngga tau tentang Andromeda gitu lho “ yang aku tahu hanya bagaimana perasaanku masih merindukanmu ndro kali ini Elsa yang membathin “ lagi ngapain lu ndro ? masih betah aja disana ? gimana kabar bos lu ?” huh…dasar bodoh ! siapa juga yang masih betah disini, seandainya ada ongkos dan ngga ada tanggungan cicilan motor sialan ini juga maunya aku sudah menyusulmu kesana gadis idiot ! bukankah aku bilang aku akan mengajakmu lari lagi ke tempat damai favoriteku yang tak satupun di antara kita pernah menjamahnya ?, Rinjani…aku sudah memintamu menungguku disana kan gadis tolol ? namun mengapa kamu malah masih berada di tempat munafik itu ? bukannya kamu sendiri yang bilang sudah terlalu muak dengan serakan money face yang mengkontaminasi kampung kampung investasi Negara tempat kamu berada kini itu ? “ ndro…ngapain sih lu ? kok gua nanya ngga di jawab ?” Yah ampun…ternyata Andromeda baru saja membathin terlalu lama, berada dalam buaian lamunan yang tersentak oleh teguran gadis di seberang kabel yang baru saja diretas kodenya di alat berkeypad yang digenggamnya itu ” pertanyaan gua aja belum lu jawab, gua kan nungguin…” “ hahaha…ngga connect lu yah ? kenapa lagi sih ndro ? ada masalah serius yah ? atau gemeteran denger suara indah gua lagi ini ? kangen yah ama gua ? hahaha…” kangen sama kamu itu yah masalah serius lah gadis bodoh ! “ masih bego aja yah Andromeda nya gua nih ?” Andromedanya gua…sumpah ! jantungku masih berdetak menghentak setiap kali kamu menyebutkan panggilan itu untukku kali ini Andromeda senyum dibuatnya “ elu tuh yang bego, ditanya ngga jawab “ “hehehe…gua lagi di telpon elu lah bego ! itu jawabannya…lama ngga pernah ngisi TTS yah ? “ “hahaha…sama sama bego aja kok ribut sih ? tolol yah lu ?” “ iya deh pinter…biar ada antonimnya…hehehe…ngga penting banget sih nih obrolan, intinya ngapain lu nelpon gua jam 3 pagi ?” “ bangunin lu sholat shubuh lah…” “sholat shubuh tuh jam 05 pagi, idiot !” “ yah…kan gua baik, siapa tau lu lupa sholat Isya tadi malem, atau kalau engga, apa salahnya sih sholat Tahajud dulu ? “ “wasaijud ! gua belom tidur sama sekali dari semalem kali…” “ yah kalau gitu berarti gua nelpon pas…buat ngingetin lu tidur udah lewat tengah malem “ “hahaha…cerdas lu sekarang yah…” “ iyalah gua mah hebatan…” “ bahasa lu…hebatan hebatan…bahasa pelosok sumatera yah tuh ?” “ kurang ajar lu, pelosok pelosok, tempat lu tuh yang kampung, makanya bule pada datang kesana, soalnya masih kampung asli !” “ hahaha…kampung investasi Negara kok ndro…” “iya, investasi, sampai penghuninya juga jadi menginvestasikan mukanya…” “hus ! kalau ngga gitu apalagi yang bisa dipake buat saingan ndro ?” dan mereka berduapun terkekeh tanpa menghiraukan betapa tidak pentingnya percakapan itu, masing masing mereka toh tengah saling membathin penting dalam ketidak pentingan percakapan itu…akh…dasar cowok tolol, kalau kamu disini kan bisa ngajak kabur lagi kayak dulu, siapa juga yang mau bertahan di kampung munafik ini ? aku juga maunya pergi ke the place where I belong, ngga mesti Rinjani kan…kamu tau aku ngga bakal kuat nanjak, kenapa ngga wakatobi ? bunaken ? sama sama indah katanya…bathin Elsa sementara bathin lain berteriak geram dasar gadis idiottttt !!!! kenapa ngga di rumah kakak lu aja sih ? itukan ibu kota Negara, tempat kelahiran lu, paling ngga lu lebih aman disana, ngga ada kontaminasi separah kemunafikan di tempat lu sekarang, ngga teralu jauh juga dari kampung halaman gua… walau saling berseru dalam bathin namun senyum mereka masih tetap mengembang di pisah jarak ribuan kilo yang terhalang satu pulau membentang di antaranya dimana seharusnya mereka bertemu, in the middle…
Let me know if I was wrong…this hope is shit, hope that I were a Juliet waiting for my Romeo makes some romance for me in Rome, what a shit idea… Penyakit ! di satu sisi ada siksa bathin menyengat, kelelahan dan terbunuh kebosanan, aih…tak ada dalih apapun kini untuk di umbarnya pada dunia, hanya rutukan hati yang biasanya sulit berdamai dengan realitanya…dan bodohnya Elsa selalu pilih kasih, ia cenderung membela realitanya kendati itu sebenarnya hanya menggores kembali di atas luka bathinnya yang berkali kali mengaduh karena terabaikannya harapan, padahal apa salahnya harapan kecil itu ?, apa salahnya membahagiakan hatinya sedikit dan jujur pada dirinya sendiri? , Elsa membutuhkan pelabuhan hatinya dan bukan untaian tawaran dunia yang kerap kali mempermainkan realitanya, sekarang pergi mengejar cinta besok lusa ongkosnya habis dipakai membeli speaker untuk laptopnya atau sekedar modem praktis untuk mensupportnya online dengan kartu GSM, atau acara nongkrong yang menggiurkan yang tanpa sadar membuatnya merampok biaya perjalanan menuju cintanya sendiri, cinta selalu yang terakhir…tidak pernah dibuatkan prioritas…harusnya rasa menginginkannya melebihi candunya akan daun dikutuk hukum yang lalu di perjual belikan oleh para pelaku hukum itu sendiri, helaan nafasnyapun jadi semakin berat karena penyakit jantungnya sering ia adu domba dengan hisapan daun dikutuk dan daun penyumbang penghasilan negara lumayan besar yang dibubuhi peringatan pemerintah untuk tidak mengkonsumsinya tapi hanya membelinya karena hasilnya bagus untuk membuka ladang korupsi itu yang rasanya lebih baik melihat ladang daun dikutuk yang biasanya paling sering berserakan di ujung Negara ini ketimbang ladang korupsi yang mulai membuka cabang di setiap inci negara. Elsa selalu tersenyum bila menyebut nyebut daun dikutuk itu, ia ingat dalam perjalanannya bersama Andromeda ke tempat bernaungnya puluhan air terjun itu yang Andromeda sebut dengan surga nya para pemanjat, kala itu Andromeda mengajaknya rehat sejenak di sebuah pom bensin, sambil menghisap daun dikutuk itu di ujung gerbang pom bensin tersebut, sakit jiwa ! merokok biasa saja ngga boleh di pom bensin, Andromeda malah mengajak Elsa menghisap daun illegal itu disana, dan yang lebih sakit jiwa adalah Elsa yang menyetujuinya waktu itu…dan saat itulah dua orang yang menderita sakit jiwa sementara itu mendadak sakit jiwa akut dalam sehari, tertawa dalam hujan, panik dalam decitan rem motor yang nyaris menghadang truk lintas sumatera yang berjarak hanya beberapa inci di depan mereka lalu tertawa lagi dan kehilangan pesona surga dan lalu mentertawakan kembali kebodohan mereka sendiri…yah…seandainya salah satu dari mereka waras, pastinya tidak ada satupun dari mereka yang membunuh inspirasi satu sama lain seperti saat ini, masing masing kebosanan di tempat berbeda, sama sama ingin pergi namun memijak lumpur hidup yang menjerat kedua kaki mereka dalam tanah becek bau busuk kepalsuan dan kesombongan, ketamakan yang menamai dirinya realita dan kemunafikan yang ditawarkan Negri para penjilat, para kepala besar yang beredar di sekitar, diantaranya ada yang menyerupai kepala babi, kepala anjing, kepala kecoak, dan kepala manusia bermulut penuh belatung nangka, yang kerap kali menari nari dengan payung bututnya yang ia rampas dari pengemis tua berbaju rombeng yang tengah kehujanan dan mulai batuk batuk dan memuntahkan darah hitam dengan leher tercekik keserakahan penguasa yang tengah mempraktekan teori ekonomi mendapatkan sebesar sebesarnya dari pengeluaran sekecil kecilnya yang disumbang dari orang kecil ( tambahan dari kenyataan - ajaran modern teori ekonomi abad ini ) Yah…keangkuhan telah menghambat mereka, kecongkakan tak tahu malu itu menginjak injak harapan dan mengubah wonderland menjadi neverland.
Butterfly is never stop dancing, they just walkin’ and jumpin’ from one flower to the other, find something to take and bring home Elsa terkekeh sendiri saat melihat kupu kupu…icon sok indah ! tapi indah ! kupu kupu beda tipis sama warna pink, icon hati dan gambar bunga, menterjemahkan keindahan cinta katanya…tapi pink – coret, icon hati – jika warnanya hitam dan ada hiasan retak di tengahnya mungkin jadi lebih dramatis, boleh juga sekali kali, dan bunga – hmmm…not on the list, sekedar untuk special occasion sih just remind to wonderfull women ever, MOM with her lovely sedap malamnya, tapi kupu kupu…lagi lagi serangga itu membuat Elsa terkekeh, ada beberapa kisah bersahutan dengan kupu kupu, dulu waktu setiap senin sampai sabtu Elsa harus mengenakan kemeja tetoron dan rok sepan berwarna abu abu atau sesekali hitam, seorang sahabat yang terlalu dikaguminya dan mengganggu dengan hilir mudiknya dalam angan, bayang, hati dan mimpinya menghadiahkan se ekor kupu kupu kuning untuknya dari balik jendela kelas, yang lalu kupu kupu itupun menempel seharian seakan ingin selalu bersama Elsa sampai akhirnya Elsa ngga sadar kapan lepasnya, entah pergi atau mati…dan di episode lain, ada seorang teman yang juga baik hati dan menggoda pilar pilar tepian hati yang hanya mengintip dari luar jendela dan bahkan tak mengetuk pintu hatinya memberi ide jiplakan dari film romantis yang di tontonnya bersama Elsa dengan yah…lagi lagi kupu kupu, kali ini imitasi dari kordennya untuk kemudian di belah dua agar salah satu dari mereka menyimpan dan mengenangnya seperti adegan dalam film romantis yang tengah mereka tonton tersebut, kali ini Elsa benar benar terkekeh mengingatnya dan tentu saja lalu ada Andromeda yang mengajaknya berlari dari kenyataan ( saat Elsa dicurangi perempuan hitam jelek dengki dengan fitnahannya terhadap Elsa saat itu ) menuju surga para pemanjat versi Andromeda yang lalu rehat sejenak untuk segelas bandrex cappucinno di coffeshop bernuansa peach pitt tahun 70an dengan table on the wood flooring’s deck berpemandangan tebing sumatera barat yang berkelok dan disitulah kupu kupu sebesar dua telapak tangan orang dewasa itu bermain di langit langit café dan beberapa diantaranya menghampiri Elsa dan menjadikan moment jatuh cinta itu adegan romantis sepanjang masa. Dan Elsapun semakin terkekeh mengingat kupu kupu selalu jadi bahan olok olok bersama sahabat sahabatnya saat salah satu dari mereka berusaha menghentikan Elsa agar tidak selalu memanggil orang dengan sebutan akrab “anjing” dan dengan nyelenehnya Elsapun akan lantas menggantinya dengan “kupu kupu” sehingga membuat semua yang mendengarpun akan mendadak jadi bolimik saat itu juga. Akh…betapa kupu kupu telah banyak mengkontaminasikan warna warninya dalam hidup Elsa. Andromeda dan belasan bahkan mungkin puluhan kisah lain dalam episode episode cinta Elsa yang selalu sementara tak lalu mengurungkan mood nya meratapi inspirasinya yang mulai sekarat, dia harus beranjak lagi, kebosanan mulai mengasah tajamnya siap menghunus Elsa tanpa ampun, sebelum Elsa mati lagi dalam kebosanan, atas nama kedamaian hatinya, kali ini Elsa harus mendengarkan jeritan itu…realita harus diperasnya kali ini, ia harus segera menodong dan tak membiarkan mouse optic atau mesin printer merampoknya kali ini, dana itu harus utuh milik kedamaian hatinya, dia harus pergi menuju tempat lain, tempat yang tidak terlalu jauh dari rumah masa kecilnya, tempat dimana seseorang yang terlihat tulus mendecak kesal dan mendengus, mulutnya manyun dan dadanya sesak setiap kali Elsa membualinya dengan janji akan menjemputnya, akan menemuinya, akan tinggal disana, akan berusaha mewujudkan cita cita disana, akan mencari kerja menyedihkan disana, akan kuliah lagi disana, atau akan sekedar berjalan jalan di pinggiran trotoar sambil menggenggam erat tangannya dan mengembalikan neverland menjadi wonderland setidaknya untuk mereka berdua, Elsa dan seseorang di dekat rumah masa kecilnya, bukan Andromeda yang di Sumatera, atau si pengintip jendela hati yang mematri harapnya di jantung hati seorang gadis di Jogja yang akan kembali bersamanya bulan depan, atau teman lama yg menggores penggalan kisah dalam mawar beludru yang kini berada di suatu tumpukan barang lama entah di kardus yang mana, dan bahkan bukan si laki laki setia yang kurang usaha yang menjadi langganan tetap rumah gadai saat Elsa harus menyambung hidup setiap bulan, tapi seseorang yang menjanjikan tulus dalam posesifnya, seseorang yang ingin menjadi a part of the family, seseorang yang kehilangan semangatnya dan berada di ujung matinya, dan entah kali ini apa alas an Elsa membunuh realitanya bersama seseorang itu…entah untuk apa kali ini…and what next…to be continue in another life…
Oberoi, Gallery – bored – Ramadhan – September 14, 2009 – 13.56 WITA after this I should receipt my salary and cast away.
Thanks for my lovely new friend Mila for the “tarot” remind me to be honest to my heart
Andromeda terkadang menjadi sosok yang sangat antagonis bagi Elsa, namun ada beberapa waktu kehadiran Andro di setiap sms atau telponnya serasa tepat saat Elsa tengah sekedar membutuhkan seseorang untuk membunuh sepinya, bahkan kadang lelaki itu yang menghubunginya sekedar bertanya apa kabar say ? atau sekarang kerja dimana say ? yah Andro seakan hafal benar tabiat Elsa yang mudah bosan bahkan untuk masalah pekerjaan, seakan melamar pekerjaan bagi Elsa telah menjadi sebuah hobi, gonta ganti pekerjaan sesukanya, seakan ia tak perduli dengan berapa nominal upah yang ditawarkan, ia hanya tak pernah bertahan di tempat dimana ia merasa terinjak, apalagi bila si mata biru berambut pirang itu acap kali merendahkan mentalitas penghuni negeri tempat mereka yg notabene para pendatang yang diundang oleh slogan tahunan itu mencari atau mencuri makan, ups ! is it hurt ? aroganisme mereka terhadap peraturan negeri membuat Elsa seringkali menunjukan temperament nya sekedar untuk menyadarkan mereka dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung. Beberapa masalah pekerjaan dan realita hidup sering kali membosankan dan bahkan memuakkan Elsa sangat, dan kisah cintanya lah yg biasanya bisa memberi ruang untuk Elsa bisa merasakan indahnya dunia, walau diakuinya dia tidak pernah berhasil dengan cerita indah itu sekalipun, namun berbuah harapan yang tetap selalu ada, harapan menemukan cinta sejatinya suatu saat yang bukan hanya ia cintai atau mencintainya saja tapi berbalasan satu sama lain, a.k.a saling mencintai yang akan selalu bernaung di sudut hatinya yang berharap, yeakh…klise memang pernyataan itu namun itulah harapan, atau lebih tepatnya khayalan, whatever…only God can explain. Yang pasti saat ini Elsa tengah merasakan kehampaan yang mulai dalam, kekosongan yang bukan sekedar perasaan, she’s looking for an endless love…at least she’s on the way to there…dan Andromeda bukanlah satu satunya tokoh dalam hal ini, ia hanya bagian dalam sepenggal kisah dalam liburan mid semester petualangan hidup Elsa, lelaki itu hanya bintang tamu dalam rangkaian episode episode cerita hidup Elsa, dan maka bila tiba saatnya sebuah akhir maka bagi Elsa itu hanya permulaan dari cerita baru…bila sesuatu mulai hilang maka saat itu pulalah sesuatu yang baru akan di pijaknya…dan seperti itulah hidup Elsa, entah sampai kapan…pertanyaan itu sering kali menghampirinya…sampai kapan ? sebelum kesabarannya hilang ? sebelum muaknya masuki tahap fatal ? sebelum ingatannya menghilang ? Elsa hanyalah seorang gadis biasa yang meluar biasakan caranya bertahan hidup…bukan seorang yang tengah over acting pada dunia, ia tidak tengah mengejar ambisi seperti gadis gadis seusianya di luar sana…Elsa hanyalah Elsa, baginya…ia hanyalah seorang yang jauh dari sempurna dan tidak memiliki sesuatu yang istimewa, ia hanya nyaman menjadi biasa.
Dan itulah Elsa yang dianggap Andromeda terlalu berpendirian, bahkan Andromeda memanggilnya dengan lebih akrab “ si keras kepala “ tanpa menyadari betapa dirinya sendiri adalah seorang kepala batu dengan keputusannya menentang ayahnya untuk tidak meneruskan kuliah dan malah memilih bekerja dari nol, menjadi seorang housekeeping di sebuah hotel bintang lima, yah hotel bintang lima tempat dimana ia dipertemukan dengan Elsa, dengan rentangan posisi yang bagai langit dan bumi, namun saat itu Elsa bukanlah langit yang slalu congkak berteman dengan awan, Elsa adalah hamparan langit yang menghangatkan air laut untuk kemudian menguap dan membasahi bumi dengan hujannya untuk menyuburkan tanaman di bumi, Elsa adalah langit yang slalu bersentuhan dengan bumi, Elsa bukan langit yang congkak, ia hanya langit yang mandiri menurut Andromeda, tempat dimana seharusnya Andromeda bersanding, bersama langit, yah…seharusnya Andromeda ada di langit, itulah yang membuatnya nekad menggapainya, berusaha menjadi bulan dan bintang yang senantiasa menerangi gelapnya langit bila malam, dan menjadi matahari yang mendampingi langit kala siang, Andromeda selalu berusaha ada untuk Elsa, setidaknya disaat Elsa membutuhkannya, bukan disaat Elsa menginginkannya… Setahun berlalu setelah perpisahan itu, Andromeda berlari seakan menari atau melompat dan tersandung, lalu jatuh, perih, meringis, marah dan kadang memalsukan kebahagiaan nya, bertingkah murahan, egois, bosan dan kembali menatap langit, menekan tuts tuts keypad handphone yang LCD nya mulai bisa menampilkan menu seperti seharusnya lagi setelah sebelumnya hanya menampilkan satu garis siluet rusak yang bahkan tak bisa diintip apa maunya, dan dulu saat LCDnya begitu, biasanya Elsa tidak akan membalas sms lebih dari satu garis dan rela mengirim berkali kali sms hanya untuk satu bait yang di pecah menjadi segaris segaris kalimat agar LCD rusak itu tetap menyampaikan apa yang di utarakannya pada Andromeda, dan yah…Andromeda merindukan bait bait itu, namun kali ini Andromeda tak kan meminta Elsa mengeluarkan pulsanya sepeserpun “ hallo…Els…lagi ngapain lu ?” “ hey…tumben…ada berita apa ? mau ceritain new comers di hotel lagi ? perempuan mana lagi yang kali ini berhasil lu ajak jalan ?” I wish itu kamu lagi Els sahut Andromeda membathin “ hahaha…Els…gua ngga segitunya juga kali…elu tuh yah…gua tuh anak baik Els, lu tau sendiri kan…” “ hehehe…tau lah gue, apa sih yang gua ngga tau tentang Andromeda gitu lho “ yang aku tahu hanya bagaimana perasaanku masih merindukanmu ndro kali ini Elsa yang membathin “ lagi ngapain lu ndro ? masih betah aja disana ? gimana kabar bos lu ?” huh…dasar bodoh ! siapa juga yang masih betah disini, seandainya ada ongkos dan ngga ada tanggungan cicilan motor sialan ini juga maunya aku sudah menyusulmu kesana gadis idiot ! bukankah aku bilang aku akan mengajakmu lari lagi ke tempat damai favoriteku yang tak satupun di antara kita pernah menjamahnya ?, Rinjani…aku sudah memintamu menungguku disana kan gadis tolol ? namun mengapa kamu malah masih berada di tempat munafik itu ? bukannya kamu sendiri yang bilang sudah terlalu muak dengan serakan money face yang mengkontaminasi kampung kampung investasi Negara tempat kamu berada kini itu ? “ ndro…ngapain sih lu ? kok gua nanya ngga di jawab ?” Yah ampun…ternyata Andromeda baru saja membathin terlalu lama, berada dalam buaian lamunan yang tersentak oleh teguran gadis di seberang kabel yang baru saja diretas kodenya di alat berkeypad yang digenggamnya itu ” pertanyaan gua aja belum lu jawab, gua kan nungguin…” “ hahaha…ngga connect lu yah ? kenapa lagi sih ndro ? ada masalah serius yah ? atau gemeteran denger suara indah gua lagi ini ? kangen yah ama gua ? hahaha…” kangen sama kamu itu yah masalah serius lah gadis bodoh ! “ masih bego aja yah Andromeda nya gua nih ?” Andromedanya gua…sumpah ! jantungku masih berdetak menghentak setiap kali kamu menyebutkan panggilan itu untukku kali ini Andromeda senyum dibuatnya “ elu tuh yang bego, ditanya ngga jawab “ “hehehe…gua lagi di telpon elu lah bego ! itu jawabannya…lama ngga pernah ngisi TTS yah ? “ “hahaha…sama sama bego aja kok ribut sih ? tolol yah lu ?” “ iya deh pinter…biar ada antonimnya…hehehe…ngga penting banget sih nih obrolan, intinya ngapain lu nelpon gua jam 3 pagi ?” “ bangunin lu sholat shubuh lah…” “sholat shubuh tuh jam 05 pagi, idiot !” “ yah…kan gua baik, siapa tau lu lupa sholat Isya tadi malem, atau kalau engga, apa salahnya sih sholat Tahajud dulu ? “ “wasaijud ! gua belom tidur sama sekali dari semalem kali…” “ yah kalau gitu berarti gua nelpon pas…buat ngingetin lu tidur udah lewat tengah malem “ “hahaha…cerdas lu sekarang yah…” “ iyalah gua mah hebatan…” “ bahasa lu…hebatan hebatan…bahasa pelosok sumatera yah tuh ?” “ kurang ajar lu, pelosok pelosok, tempat lu tuh yang kampung, makanya bule pada datang kesana, soalnya masih kampung asli !” “ hahaha…kampung investasi Negara kok ndro…” “iya, investasi, sampai penghuninya juga jadi menginvestasikan mukanya…” “hus ! kalau ngga gitu apalagi yang bisa dipake buat saingan ndro ?” dan mereka berduapun terkekeh tanpa menghiraukan betapa tidak pentingnya percakapan itu, masing masing mereka toh tengah saling membathin penting dalam ketidak pentingan percakapan itu…akh…dasar cowok tolol, kalau kamu disini kan bisa ngajak kabur lagi kayak dulu, siapa juga yang mau bertahan di kampung munafik ini ? aku juga maunya pergi ke the place where I belong, ngga mesti Rinjani kan…kamu tau aku ngga bakal kuat nanjak, kenapa ngga wakatobi ? bunaken ? sama sama indah katanya…bathin Elsa sementara bathin lain berteriak geram dasar gadis idiottttt !!!! kenapa ngga di rumah kakak lu aja sih ? itukan ibu kota Negara, tempat kelahiran lu, paling ngga lu lebih aman disana, ngga ada kontaminasi separah kemunafikan di tempat lu sekarang, ngga teralu jauh juga dari kampung halaman gua… walau saling berseru dalam bathin namun senyum mereka masih tetap mengembang di pisah jarak ribuan kilo yang terhalang satu pulau membentang di antaranya dimana seharusnya mereka bertemu, in the middle…
Let me know if I was wrong…this hope is shit, hope that I were a Juliet waiting for my Romeo makes some romance for me in Rome, what a shit idea… Penyakit ! di satu sisi ada siksa bathin menyengat, kelelahan dan terbunuh kebosanan, aih…tak ada dalih apapun kini untuk di umbarnya pada dunia, hanya rutukan hati yang biasanya sulit berdamai dengan realitanya…dan bodohnya Elsa selalu pilih kasih, ia cenderung membela realitanya kendati itu sebenarnya hanya menggores kembali di atas luka bathinnya yang berkali kali mengaduh karena terabaikannya harapan, padahal apa salahnya harapan kecil itu ?, apa salahnya membahagiakan hatinya sedikit dan jujur pada dirinya sendiri? , Elsa membutuhkan pelabuhan hatinya dan bukan untaian tawaran dunia yang kerap kali mempermainkan realitanya, sekarang pergi mengejar cinta besok lusa ongkosnya habis dipakai membeli speaker untuk laptopnya atau sekedar modem praktis untuk mensupportnya online dengan kartu GSM, atau acara nongkrong yang menggiurkan yang tanpa sadar membuatnya merampok biaya perjalanan menuju cintanya sendiri, cinta selalu yang terakhir…tidak pernah dibuatkan prioritas…harusnya rasa menginginkannya melebihi candunya akan daun dikutuk hukum yang lalu di perjual belikan oleh para pelaku hukum itu sendiri, helaan nafasnyapun jadi semakin berat karena penyakit jantungnya sering ia adu domba dengan hisapan daun dikutuk dan daun penyumbang penghasilan negara lumayan besar yang dibubuhi peringatan pemerintah untuk tidak mengkonsumsinya tapi hanya membelinya karena hasilnya bagus untuk membuka ladang korupsi itu yang rasanya lebih baik melihat ladang daun dikutuk yang biasanya paling sering berserakan di ujung Negara ini ketimbang ladang korupsi yang mulai membuka cabang di setiap inci negara. Elsa selalu tersenyum bila menyebut nyebut daun dikutuk itu, ia ingat dalam perjalanannya bersama Andromeda ke tempat bernaungnya puluhan air terjun itu yang Andromeda sebut dengan surga nya para pemanjat, kala itu Andromeda mengajaknya rehat sejenak di sebuah pom bensin, sambil menghisap daun dikutuk itu di ujung gerbang pom bensin tersebut, sakit jiwa ! merokok biasa saja ngga boleh di pom bensin, Andromeda malah mengajak Elsa menghisap daun illegal itu disana, dan yang lebih sakit jiwa adalah Elsa yang menyetujuinya waktu itu…dan saat itulah dua orang yang menderita sakit jiwa sementara itu mendadak sakit jiwa akut dalam sehari, tertawa dalam hujan, panik dalam decitan rem motor yang nyaris menghadang truk lintas sumatera yang berjarak hanya beberapa inci di depan mereka lalu tertawa lagi dan kehilangan pesona surga dan lalu mentertawakan kembali kebodohan mereka sendiri…yah…seandainya salah satu dari mereka waras, pastinya tidak ada satupun dari mereka yang membunuh inspirasi satu sama lain seperti saat ini, masing masing kebosanan di tempat berbeda, sama sama ingin pergi namun memijak lumpur hidup yang menjerat kedua kaki mereka dalam tanah becek bau busuk kepalsuan dan kesombongan, ketamakan yang menamai dirinya realita dan kemunafikan yang ditawarkan Negri para penjilat, para kepala besar yang beredar di sekitar, diantaranya ada yang menyerupai kepala babi, kepala anjing, kepala kecoak, dan kepala manusia bermulut penuh belatung nangka, yang kerap kali menari nari dengan payung bututnya yang ia rampas dari pengemis tua berbaju rombeng yang tengah kehujanan dan mulai batuk batuk dan memuntahkan darah hitam dengan leher tercekik keserakahan penguasa yang tengah mempraktekan teori ekonomi mendapatkan sebesar sebesarnya dari pengeluaran sekecil kecilnya yang disumbang dari orang kecil ( tambahan dari kenyataan - ajaran modern teori ekonomi abad ini ) Yah…keangkuhan telah menghambat mereka, kecongkakan tak tahu malu itu menginjak injak harapan dan mengubah wonderland menjadi neverland.
Butterfly is never stop dancing, they just walkin’ and jumpin’ from one flower to the other, find something to take and bring home Elsa terkekeh sendiri saat melihat kupu kupu…icon sok indah ! tapi indah ! kupu kupu beda tipis sama warna pink, icon hati dan gambar bunga, menterjemahkan keindahan cinta katanya…tapi pink – coret, icon hati – jika warnanya hitam dan ada hiasan retak di tengahnya mungkin jadi lebih dramatis, boleh juga sekali kali, dan bunga – hmmm…not on the list, sekedar untuk special occasion sih just remind to wonderfull women ever, MOM with her lovely sedap malamnya, tapi kupu kupu…lagi lagi serangga itu membuat Elsa terkekeh, ada beberapa kisah bersahutan dengan kupu kupu, dulu waktu setiap senin sampai sabtu Elsa harus mengenakan kemeja tetoron dan rok sepan berwarna abu abu atau sesekali hitam, seorang sahabat yang terlalu dikaguminya dan mengganggu dengan hilir mudiknya dalam angan, bayang, hati dan mimpinya menghadiahkan se ekor kupu kupu kuning untuknya dari balik jendela kelas, yang lalu kupu kupu itupun menempel seharian seakan ingin selalu bersama Elsa sampai akhirnya Elsa ngga sadar kapan lepasnya, entah pergi atau mati…dan di episode lain, ada seorang teman yang juga baik hati dan menggoda pilar pilar tepian hati yang hanya mengintip dari luar jendela dan bahkan tak mengetuk pintu hatinya memberi ide jiplakan dari film romantis yang di tontonnya bersama Elsa dengan yah…lagi lagi kupu kupu, kali ini imitasi dari kordennya untuk kemudian di belah dua agar salah satu dari mereka menyimpan dan mengenangnya seperti adegan dalam film romantis yang tengah mereka tonton tersebut, kali ini Elsa benar benar terkekeh mengingatnya dan tentu saja lalu ada Andromeda yang mengajaknya berlari dari kenyataan ( saat Elsa dicurangi perempuan hitam jelek dengki dengan fitnahannya terhadap Elsa saat itu ) menuju surga para pemanjat versi Andromeda yang lalu rehat sejenak untuk segelas bandrex cappucinno di coffeshop bernuansa peach pitt tahun 70an dengan table on the wood flooring’s deck berpemandangan tebing sumatera barat yang berkelok dan disitulah kupu kupu sebesar dua telapak tangan orang dewasa itu bermain di langit langit café dan beberapa diantaranya menghampiri Elsa dan menjadikan moment jatuh cinta itu adegan romantis sepanjang masa. Dan Elsapun semakin terkekeh mengingat kupu kupu selalu jadi bahan olok olok bersama sahabat sahabatnya saat salah satu dari mereka berusaha menghentikan Elsa agar tidak selalu memanggil orang dengan sebutan akrab “anjing” dan dengan nyelenehnya Elsapun akan lantas menggantinya dengan “kupu kupu” sehingga membuat semua yang mendengarpun akan mendadak jadi bolimik saat itu juga. Akh…betapa kupu kupu telah banyak mengkontaminasikan warna warninya dalam hidup Elsa. Andromeda dan belasan bahkan mungkin puluhan kisah lain dalam episode episode cinta Elsa yang selalu sementara tak lalu mengurungkan mood nya meratapi inspirasinya yang mulai sekarat, dia harus beranjak lagi, kebosanan mulai mengasah tajamnya siap menghunus Elsa tanpa ampun, sebelum Elsa mati lagi dalam kebosanan, atas nama kedamaian hatinya, kali ini Elsa harus mendengarkan jeritan itu…realita harus diperasnya kali ini, ia harus segera menodong dan tak membiarkan mouse optic atau mesin printer merampoknya kali ini, dana itu harus utuh milik kedamaian hatinya, dia harus pergi menuju tempat lain, tempat yang tidak terlalu jauh dari rumah masa kecilnya, tempat dimana seseorang yang terlihat tulus mendecak kesal dan mendengus, mulutnya manyun dan dadanya sesak setiap kali Elsa membualinya dengan janji akan menjemputnya, akan menemuinya, akan tinggal disana, akan berusaha mewujudkan cita cita disana, akan mencari kerja menyedihkan disana, akan kuliah lagi disana, atau akan sekedar berjalan jalan di pinggiran trotoar sambil menggenggam erat tangannya dan mengembalikan neverland menjadi wonderland setidaknya untuk mereka berdua, Elsa dan seseorang di dekat rumah masa kecilnya, bukan Andromeda yang di Sumatera, atau si pengintip jendela hati yang mematri harapnya di jantung hati seorang gadis di Jogja yang akan kembali bersamanya bulan depan, atau teman lama yg menggores penggalan kisah dalam mawar beludru yang kini berada di suatu tumpukan barang lama entah di kardus yang mana, dan bahkan bukan si laki laki setia yang kurang usaha yang menjadi langganan tetap rumah gadai saat Elsa harus menyambung hidup setiap bulan, tapi seseorang yang menjanjikan tulus dalam posesifnya, seseorang yang ingin menjadi a part of the family, seseorang yang kehilangan semangatnya dan berada di ujung matinya, dan entah kali ini apa alas an Elsa membunuh realitanya bersama seseorang itu…entah untuk apa kali ini…and what next…to be continue in another life…
Oberoi, Gallery – bored – Ramadhan – September 14, 2009 – 13.56 WITA after this I should receipt my salary and cast away.
Thanks for my lovely new friend Mila for the “tarot” remind me to be honest to my heart
Tidak ada komentar:
Posting Komentar